
Rintihan Pilu
Oleh Dea (Siwa Kelas XII OTKP)
“Rintihan Pilu”
Sebuah kata hanya
perwakilan rasa, imajinasi yang ditulis berdominasi dengan dukungan hati.
Bukan untuk orang lain, bukan juga
tentang yang lain. Semua masih sama, tentang aku dan kamu yang dulu pernah
bersama. Jika suatu hari nanti aku dipertemukan kembali denganmu, aku pasti
bertanya, apakah kamu baik - baik saja? apa sekarang kamu sudah bahagia menjadi
dirimu sendiri? apa sudah bisa menerima kekurangan diri yang selama ini ditutup
rapat? masih seputar pertanyaan Jika nanti aku dihadapkan kembali denganmu aku
sudah menerima semuanya, tentang diriku, yang dihiasi kelebihan dan
kekuranganku. Jujur, aku sudah terima semuanya. Lalu, bagaimana denganmu?
Aku dan kamu akan kembali
dipertemukan. Tenanglah, aku sudah menerima semuanya kekurangan dan kelebihan
diriku. Mengenang kembali semua kenangan manis tentang aku dan kamu, yang
selalu kuat dan saling menguatkan, menyemangati untuk lebih semangat, sampai
saat ini aku masih terbiasa menerima semua tentang kamu. Masih terukir jelas
setiap waktu yang pernah dilewati, masih terukir jelas pula rasa sakit yang
selama ini ku coba obati. Beruntung aku tidak akan membencimu, aku sudah
berhasil bangkit dari fase tersulit yaitu menerima apa yang kamu lakukan dan
membuat aku lebih baik dari waktu yang lalu.
Dari persahabat yang terjalin aku
belajar banyak, akan aku simpan semua kisah yang pernah dilewati dalam hati.
Sampai saat ini, entah kesalahan siapa yang membuat aku dan kamu menjadi orang
yang tak saling kenal.
Sekarang aku sadar kekurangan diri lebih
banyak dari kelebihan, seakan bunuh diri ketika harus menceritakan keburukan
diri sendiri, ragaku sudah lelah dengan semua drama didunia nyata yang selalu
menunjukan kelebihan agar terlihat hebat, tak sadarkan masih ada kekurangan
yang tak pernah diceritakan?
Semua seakan tradisi, membutakan mata
sendiri adalah pilihan terbaik, apapun akan dilakukan agar yang lain tak pernah
melihat betapa banyak kekurangan yang belum sempat terpublikasi atau mungkin
tidak akan pernah. Tidak mudah bagiku untuk menulis ini ketika kenyataan yang
selama ini telihat semu teryata itu hal yang benar - benar nyata.
Yang
aku tahu...
Satu
langkah mempunyai ribuan makna. Langkah, ia yang menuntunku menuju tempat yang
dituju walau kadang hati dan pikiran tidak sejalan.
Andai langkahku menuntunku pada kebahagiaan, menuntun pada masa depan yang jauh lebih baik, tapi semua itu hanya harapan dan entah sampai kapan langkah ini akan berhenti di tempat yang di impikan.
Untuk langkahku...
Andai
kau tau jiwamu lelah, ragamu letih tapi kenapa kau terus melangkah?
Langkah
bagiku kau terlalu egois selalu berjalan atas kehendakmu, tanpa memikirkan
bahwa hati dan pikiran ini lelah mengejarmu.
Aku
pernah berusaha berhenti berkejar -
kejaran denganmu tapi kau selalu membuatku malu, kau selalu berkata
"Lelahmu hanya untuk saat ini"..........
Ketika aku memaksa berhenti, maka
semua harapanku akan terhenti saat ini juga. Tapi, ketika aku memutuskan untuk
maju walau lelah dan letih akan lebih cepat untuk aku menemukan apa yang selama
ini aku kejar.
Untuk diriku, jika suatu hari aku
melakukan kesalahan yang sama, tolong maafkan, karena menerima kekurang diri
sendiri itu hal yang menyakitkan. Bantu aku belajar untuk menerima semuanya
walau dengan waktu yang lama.
Jika suatu hari aku masih egois,
keras kepala dan membuat ragamu lelah, tolong maafkan. Karena menanggung dendam
pada diri sendiri itu hal yang menyesakan. Bantu aku belajar jatuh dan bangun
tanpa perlu merasa sakit yang berkepanjangan.
Jika dipikirkan lagi, sebenarnya
siapa yang pertama kali mencetuskan bahwa diri sendiri harus sempurna? siapa
yang memaksa diri ini harus bisa melakukan ini dan itu?, apa ada? hhee lucu
yaa... Diri ini dituntut untuk selalu sempurna, agar terlihat hebat dimata
orang lain.
Padahal, diri ini tahu semuanya
terlalu berat seakan menjadi beban yang tak akan ada ujungnya. Mau sampai kapan
menuntut hal yang tak akan pernah bisa dicapai, sejatinya aku hanyalah manusia
yang diciptakan dengan ketidak sempurnaan. Jika didalam dirimu masih ada jiwa
yang menuntut untuk sempurna coba bercermin dan tanyakan, siapa aku? siapa yang
meminta untuk sempurna? sadarlah, cukup... Aku lelah, bahkan untuk tersenyumpun
seakan menjadi drama.
Tapi...senyum sebuah kata yang
memiliki banyak arti tetaplah pertahankan itu, berikan itu pada dunia walaupun
kamu tidak tahu semesta akan membalasnya, semesta memang kejam tapi lebih kejam
kau yang tak bisa memberikan hal itu.
Malam ini aku masih sama, merangkai
beberapa kata yang mewakili perasaan, Singkat cerita tentang "rintihan pilu"
yang buat, hanya kisah sederhana yang nyata adanya terima kasih.
Langkahku
terhenti.
Detik
jam pun ikut menepi.
Semua
seakan mimpi.
Hanya
rasa sepi yang menyelimuti.
Kisahku
terukir disini.
Berharap
tidak akan abadi.
Ditemani
melodi sunyi.
Dengan
jari yang terus menari.
Bukan
hanya sedih yang tersirat.
Air
mata yang ikut mengiringi surat.
Karena
semua kata telah melebur.
Menjadikan
diri semakin hancur.
***
ig: _rintihanpilu
0 Komentar